Senin, 10 Januari 2011

MADU LANCENG

A.    JUDUL
Deskripsi Pembuatan Madu lanceng di Desa Selorejo Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri.   

B.     LATAR BELAKANG
Negara Indonesia terdapat berbagai macam spesies lebah madu yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi karena khasiat madunya yang dimiliki. Lebah madu telah lama dikenal manusia sebagai sumber bahan makanan alami yang baik, yang tidak ada taranya bagi orang muda maupun tua. Lebah madu juga menghasilkan malam atau lilin, propilis atau perekat lebah, susu madu atau royal jelly.
Madu merupakan hasil sekresi lebah tetapi tidak berarti kotoran lebah, karena madu ditempatkan dalam bagian khusus di perut lebah yang disebut perut madu yang terpisah dari perut besar. Nektar yang di hisap madu mengandung 60% air sehingga lebah harus menurunkan menjadi 20% atau lebih rendah lagi untuk membuat madu. Penurunan kadar air ini melalui proses fisika dan kimia. Proses fisika penurunan kadar air mulai terjadi saat lebah menjulurkan lidahnya (proboscis) untuk memindahkan madu dari perut madu ke sarang lebah, di sarang kadar air terus diturunkan melalui putaran sayap-sayap lebah yang mensirkulasikan hawa hangat ke dalam sarang lebah. Sedangkan proses kimianya terjadi didalam perut lebah dimana enzym invertase mengubah sukrosa (disakarida) menjadi glukosa dan fruktosa yang keduanya merupakan monosakarida.
Apis florea (lebah lanceng) merupakan spesies lebah madu dari marga Apis yang paling kecil ukurannya panjangnya 0,9 cm. Koloninya membuat sarang sebesar telapak tangan. Hasil madu dan lilinnya sedikit. Satu koloni hanya mampu membuang satu sisiran sarang berukuran sekitar 10 cm yang menggantung di cabang-cabang pohon. Hasil madu per sarngnya 61-200 gram (Sarwono, 2003:16). Semua orang tahu bahwa madu adalah sumber makanan penting bagi tubuh manusia, tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa dari sang penghasilnya, yaitu lebah madu. Sumber makanan lebah adalah sari madu bunga (nektar), yang tidak dijumpai pada musim dingin. Lebah mencampur nektar yang mereka kumpulkan pada musim panas dengan cairan khusus yang dikeluarkan tubuh mereka.
Lebah lanceng berbeda dengan lebeh-lebah biasa yang sering diproduksi para peternak lebah. Lebah lanceng sulit ditemukan karena tinggalnya hanya di hutan belentara. Lebah lanceng memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil bahkan ukuran tubuhnya paling kecil diantara jenis lebah madu yang lain. Produksi madu lebah lanceng sangat sedikit, setiap koloni lebah hanya menghasilkan 2-3 kg per tahun. Sedangkan produksi madu yang biasa diternakan oleh peternak lebah hasil produksi madu per tahunnnya mencapai 5-7 kg setiap koloninya.
Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik karena mengandung glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 (Zahrina, 2008:6). Produk lebah ini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti jantung, paru-paru, lambung, sistem pencernaan, influenza, katarak, luka infeksi, dan masih banyak lagi khasiat dari madu. Gula dan mineral dalam madu berfungsi sebagai tonikum bagi jantung. Otot-otot jantung bekerja tanpa henti/istirahat, sehingga selalu membutuhkan glukosa sebagai sumber tenaga untuk mengganti energi yang hilang. 31% Nutrisi madu terdiri atas glukosa. Madu juga mengandung hydrogen peroxide yang dapat membunuh dan mencegah kuman untuk berkembang sehingga madu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam luka seperti; luka bakar, luka infeksi, luka setelah operasi dan lain-lain.
Desa Selorejo kecamatan Girimarto kabupaten Wonogiri , ada salah satu penduduk yang membudidayakan lebah lanceng sebagai produksi madu. Lebah lanceng dikenal masyarakat luas tidak bisa diternakkan dan jumlahnya sangat kecil. Oleh karena itu, lebah dengan ukuran fisik terkecil ini bisa dikatakan kategori setengah langka, tetapi di daerah Selorejo jumlahnya cukup banyak, atas inisiatif dan jerih payah penduduk sendiri tanpa arahan atau binaan dari pemerintah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis dengan judul “ Deskripsi Pembuatan Madu Lanceng di Desa Selorejo Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri”.

C.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana deskripsi pembuatan madu lanceng di desa Selorejo kecamatan Girimarto kabupaten Wonogiri?
2.      Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam masa pemanenan madu lanceng di desa Selorejo kecamatan Girimarto kabupaten Wonogiri?




D.     TUJUAN
1.      Mendeskripsikan pembuatan madu lanceng di desa Selorejo kecamatan Girimarto kabupaten Wonogiri.
2.      Mendeskripsikan cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam masa pemanenan madu lanceng di desa Selorejo kecamatan Girimarto kabupaten Wonogiri.  

E.     MANFAAT
1.      Masyarakat di desa Selorejo dapat meningkatkan produksi madu lancing.
2.      Penulis dapat mengetahui cara mengatasi kendala yang dahadapi saat masa panen madu lanceng.
3.      Masyarakat di desa Selorejo dapat menjadikan madu lanceng sebagai penghasilan tambahan.   
4.      Penulis bisa mengetahui cara pembuatan madu lanceng.
  
F.     TINJAUAN PUSTAKA
1.      Penelitian terdahulu  yang relevan
Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan yang ada kaitannya dengan penelitian ini yaitu diantaranya pernah dilakukan oleh Rusfidra (2000) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Peternakan, Penelitian pada Laboratorium Reproduksi dan Pemuliaan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas”. Dalam penelitian tersebut di dapat kesimpulan bahwa madu mengandung zat-zat  makanan yang sangat kompleks. Berdasarkan riset modern diketahui madu mengandung 181 macam senyawa. Komposisi nutrisi madu adalah sebagai berikut: 17.2% air, 304 kal/100 gram energy, 0.35% protein, 0.0% lemak, 82.3% karbohidrat, 0.2% mineral. Enzim yang terdapat dalam madu adalah enzim diastase, invertase, katalase, peroksidase dan lipase. Enzim diastase (sering disebut amylase) berfungsi mengubah pati dan dekstrin menjadi gula, sedangkan enzim invertase mampu mengubah gula menjadi glukosa dan fruktosa. Selain itu, madu juga mengandung vitamin A, B, (B1, B2 dan B6), C dan K. madu juga mengandung 18 mineral esensial dan 19 mineral nonesensial. Mineral esensial terdiri dari unsur ferrum, flour, pospor, iodine, kalium, kalsium, chlorine, chromium, kobalt, mangan, magnesium, silicon, sulfur dan zink. Madu juga mengandung asam folat yang bermanfaat untuk pertumbuhan, karena madu dapat meningkatkan jumlah butir darah.
Penelitian lain yang relevan juga pernah dilakukan oleh Dixon (2003) dalam jurnal yang berjudul “Pemanfaatan Madu Sebagai Pencegahan Penyakit Diabetes”. Dalam penelitiannya di dapat kesimpulan bahwa madu mampu menurunkan kadar gula di dalam darah orang yang terkena sakit gula. Di dalam madu terdapat unsur oksidasi yang menjadi pengurai gula di dalam darah lebih mudah, yang tidak membuat kadar gula semakin bertambah tinggi. Madu yang kaya dengan vitamin B1, B5 dan G, justru sangat diperlukan bagi penderita kencing manis. Karena, madu mengandung sekitar 100 unsur berbeda yang dianggap sangat urgen bagi tubuh manusia, khususnya pada penderita diabetes.
Penelitian ini dilakukan oleh Mochammad Yunus dan Nur Chollis (2003) dalam jurnal yang berjudul “Pengepakan Royal Jelly Di Dalam Sangkar Ratu Buatan Untuk Meningkatkan Jumlah, Mutu, Kepercayaan Serta Harga Jual Produksi Lebah”. Dalam penelitiannya di dapat kesimpulan bahwa secara alami royal jelly diproduksi di dalam sarang lebah. Royal jelly diproduksi untuk dikonsumsi oleh larva calon pekerja sampai dengan umur tiga hari, khusus untuk sarang ratu diisi penuh sampai larva calon ratu menjadi pupa. Jadi, di dalam koloni royal jelly digunakan untuk makanan calon pekerja dan ratu pada umur tertentu.
Penelitian lain yang relevan juga dilakukan oleh Zahrina (2008) dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Keistimewaan Pemanfaatan dan Pelestarian Lebah Madu”. Dalam penelitiannya di dapat kesimpulan bahwa paradigma mengenai lebah merupakan hewan penyengat dan pengganggu harus secepatnya diubah menjadi konsepsi pemikiran baru. Lebah adalah hewan yang berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup manusia. Tumbuhan bergantung pada lebah dalam proses penyerbukan dan pembuahan, begitu pula dengan manusia yang memerlukan kehadiran lebah sebagai sumber makanan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Kelestarian lebah sudah sepatutnya diperhatikan karena apabila masalah kepunahan lebah diacuhkan mungkin manusia akan mengalami penurunan populasiseperti yang pernah dikatakan oleh Einstein "Jika lebah punah, maka manusia hanya bias bertahan hidup selama 4 tahun saja” sehingga kelestarian lebah bukanlah hal sepele untuk dibiarkan begitu saja tetapi perlu ada perhatian serius mengingat lebah sebagai penunjang sumber kebutuhan pangan dan obat alami untuk manusia.

2.      Landasan Teori
a.       Lebah Madu
1)      Lebah madu termasuk serangga sosial yang hidup berkoloni. Setiap lebah mempunyai tugas khusus yang sangat penting bagi kelangsungan hidup koloninya (Sarwono, 2003:10). Klasifikasi Lebah sebagai berikut :
Phylum                  : Arthopoda
Subphylum            : Mandibulata
Kelas                     : Insecta (Serangga)
Subkelas                : Pterygota
Ordo                      : Hymonoptera
Subordo                : Clistogastra
Superfamily           : Apoidea
Family                   : Apidae
Genus                    : Apis
Spesies                  : Apis florea                            
2)      Anatomi Lebah
Lebah termasuk kelompok serangga bangsa (ordo) Hymenoptera (sayap bening) yang membesarkan anak-anaknya dengan serbuk sari dan madu. Serangga ini terdapat hamper diseluruh dunia yang ditumbuhi tanaman berbunga. Serangga social Hymenoptera meliputi lebah (lebah madu Apoidea), tawon (tawon endes Bombidae, tawon kayu Siricidae, tawon pembuat kertas Vespidae), semut (semut kantung madu Formicidae, semut beludru Multillidae) dan rayap. Lebah berbeda dengan tawon, tawon adalah serangga penyengat yang hidup soliter dan bersifat karnivor atau suka memangsa serangga lain. Tawon jantan dan betina berkumpul hanya ketika mau kawin. Tubuh lebah ditutupi bulu-bulu halus yang berguna untuk menangkap serbuk sari yang diperoleh dari bunga. Serbuk sari yang dikumpulkan disisihkan ke wadah khusus yang terdapat ditungkai belakang. Mulutnya berbentuk tabung panjang yang dipakai untuk menampung nectar yang disimpan dalam lambung madu (tembolok) yaitu bagian usus yang dapat mengembung (Sarwono, 2003:5).
b.      Koloni Lebah
Sebuah koloni lebah madu terdiri atas seekor ratu (bila muncul seekor ratu baru, maka ratu yang lebih tua akan membunuhnya) lebah pekerja dan lebah jantan. Lebah ratu tua dapat pula meninggalkan sarangnya bila muncul lebah ratu baru. Dalam kasus seperti ini, lebah ratu tersebut akan kawin dan meneruskan pekerjaan lebah ratu yang meninggalkan koloni ini (Putra, 1994:96).
Satu koloni Apis florea biasanya membangun satu sisiran sarang saja dengan lebar 35 cm, tinggi 27 cm dan tebalnya sekitar 1.8 cm. sisiran sering bertaut menggantung pada sehelai daun palma, kea tau melingkari dahan semak atau pohon sekitar 3-5 m diatas tanah. Terkadang sarang dibangun juga dalam rongga liang atau gua, ataupun rongga pohon dan pucuk sarang langsung bertaut ke langit-langit gua atau rongga pohon. Bagian atas membentuk seperti punggung pada dahan dan sering mengandung madu ataupun pollen. Madu Apis florea mungkin jarang mengkristal dan mengandung lebih tinggi kadar dextrin dibandingkan madu lebah-lebah lain. Produksi madu dari Apis florea sedikit saja dan hanya sekitar 1-3 kg per koloni per tahun, namun dinilai orang tinggi karena mempunyai medis tersendiri, malahan kalangan tertentu menganggap mempunyai nilai mistis (Sihombing, 1997:20).
c.       Budidaya Lebah Madu
1)      Situasi dan Kondisi Lokasi Budidaya
Keberhasilan pemeliharaan lebah madu sangat erat kaitannya dengan habitat ideal yaitu tempat atau musim yang cocok ketersediaan tanaman berbunga sebagai sumber nectar, disamping sebagai sumber pekan minum dan sarang. Dengan demikian keputusan untuk membudidayakan lebah madu harus disesuaikan dengan ruang situasi dan waktu (Sarwono, 2003:33).
2)      Kegiatan budi daya lebah
     Budi daya lebah madu pada prinsipnya adalah menyediakan  perumahan yang tetap dengan sarana lengkap agar lebah membentuk koloni yang kuat. Imbalannya madu yang dikumpulkan lebah dapat dipanen manusia untuk menjadi peternakan lebah yang sukses, calon peternak lebah perlu mempelajari kehidupan lebah dan menyesuikan diri dengan kebutuhannya. Untuk itu contoh peternak perlu memahami dan melaksanakan sapta kirda pemeliharaan lebah yang isinya sebagai berikut:
·         Memiliki pengetahuan cukup dalam dan luas tentang lebah
·         Memeliharanya dengan penuh kasih sayang
·         Memeliharanya di daerah yang banyak menghasilkan tepung sari bunga dan nektar sepanjang tahun
·         Mengunakan lebah madu jenis unggul
·         Member pekan tambahan kepada lebah madu pada masa pace klik bunga
·         Memeriksa kandungan dan menjaga kebersihannya dengan rajin agar lebah terhindar dari gangguan hama dan penyakit.
·         Mengusahakan adanya pembeli tetap hasil-hasil peternakaan lebah (Sarwono, 2003:45).

G.    KERANGKA BERPIKIR
Pembuatan madu lanceng pada Apis florea memerlukan teknik khusus agar mendapatkan produksi madu alami yang berkualitas tinggi. Dalam pembuatan madu lanceng, teknik yang bisa digunakan ada 2 macam yaitu cara modern dan cara tradisional.
Pembuatan dengan teknik modern membutuhkan waktu yang lama dalam pembuatan sarang lebah, cara ini memberikan keuntungan yang lebih baik karena mudah pengelolaannya dan pemanenan madunya tidak akan merusak sarang lebah. Sedangkan dengan cara tradisional, cukup dengan menggunakan gelodok kayu untuk membuat sarang lebah dan digantungkan pada pohon atau bagian atap rumah.
Penulis akan melakukan penelitian di desa Selorejo tentang bagaimana langkah-langkah pembuatan madu lanceng dengan cara tradisional dengan menggunakan gelodok kayu sebagai sarang lebahnya. Penulis juga akan mengamati apakah terdapat kendala yang dihadapi dalam pembuatan madu lanceng dengan cara tradisional di desa Selorejo. Dengan ini penulis dapat mendeskripsikan langkah-langkah pembuatan madu lanceng dan mendeskripsikan bagaimana mengatasi kendala dalam pemanenan madu lanceng.

H.    JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif yang bersifat mendeskripsikan pembuatan madu lanceng di desa Selorejo kecamatan Girimarto kabupaten Wonogiri.

I.       WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Selorejo kecamatan Girimarto kabupaten Wonogiri, sebab di desa Selorejo ini terdapat pembuatan madu lanceng. Waktu penelitian akan dilaksanakan pertengahan bulan Juni 2010.

J.      SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini salah satu warga desa Selorejo bertindak sebagai subjek yang membuat madu lanceng, sedangkan objek penelitiannya madu lanceng.

K.    DATA DAN SUMBER DATA   
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dimana data itu diperoleh, baik itu berupa observasi, wawancara maupun dokumentasi. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari salah satu warga desa Selorejo.

L.     TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.      Metode Observasi
Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpualan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku kegiatan, benda-benda, peristiwa serta perasaan (Patilima, 2005:69). Tetapi tidak semua perlu diamati, hanya hal-hal yang berkaitan atau sangat relevan dengan data yang dibutuhkan. Metode observasi dalam penelitian ini adalah mengamati secara langsung cara pembuatan madu lanceng yang ada di desa Selorejo kecamatan Girimarto kabupaten Wonogiri.
2.      Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 1990 : 135). Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara ini ditujukan kepada salah satu warga desa Selorejo yang bernama bapak Sunardi sebagai peternak lebah lanceng.  
3.      Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2006:221). Dokumen yang digunakan adalah dokumen tertulis untuk memperoleh data dari hasil wawancara tentang penbuatan madu lanceng.
  
M.   TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data secara kualitatif melalui 3 alur. Menurut Milles dan Huberman (1997 : 15-20) alur yang dilalui meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik non statistic karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak memerlukan hipotesis (Arikunto, 2001:245). Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik interaktif yang mengandung 3 komponen yaitu:
1.      Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemfokusan atau penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada dalam field note yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Dalam hal ini peneliti mencatat hasil wawancara dengan informan berkaitan dengan cara pembuatan madu lanceng yang ada di desa Selorejo.
2.      Penyajian data
Penyajian data di sini merupakan suatu rakitan data dalam informasi yang membuktikan riset dapat dilakukan dengan penyajian data secara sistematis agar peneliti dapat mengerti gambaran penelitiannya, penyajian data ini berbentuk teks naratif, teks dalam bentuk catatan-catatan hasil wawancara dengan informan penelitian sebagai informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya kesimpulan tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam pembuatan madu lanceng.  
3.      Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Kegiatan ini merupakan proposisi yang bersifat terbuka dimana kesimpulan sekarang terjadi sampai proses pengumpulan data terakhir.  
Dengan demikian, aktifitas analisis merupakan proses interaksi antara ketiga langkah analisis data tersebut, dan merupakan siklus sampai kegiatan penelitian selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar